New York City, 1923. Melalui puisi yang indah dan musik yang mempesona, Gibran yang sudah tua menceritakan kisah kita, membawa kita kembali ke dua dekade dan melintasi benua, ke Beirut pada pergantian abad. Gibran bertemu Selma; hubungan mereka instan dan hubungan cinta mereka ditakdirkan. Namun, perjalanan mereka menuju kebahagiaan segera terhenti, karena pasangan tersebut menghadapi rintangan yang mengguncang fondasi rapuh dari kemitraan mereka. Akankah cinta mereka menang atau impian mereka untuk hidup bersama akan terkoyak?